Calon presiden dari Partai Sosialis Francois Hollande mengalahkan Presiden Nicolas Sarkozy dalam pemilihan umum Prancis kemarin. Kekalahan ini menurut beberapa pengamat terjadi akibat tingkat ketidaksukaan rakyat pada Sarkozy meningkat malah menjelang pemilihan umum. Hollande unggul 51,9 persen dari Sarkozy yang meraup 49,2 dukungan hingga penghitungan dua pertiga total surat suara. Presiden dari Partai Konservatif itu mengaku kalah dan langsung mengirim ucapan selamat kepada pesaingnya.
Kekalahan suami aktris Carla Bruni itu sudah terlihat sejak putaran pertama dua pekan lalu. Hollande kala itu sudah menjadi pemenang dan meraup 28,6 persen dukungan dengan Sarkozy membuntuti di peringkat kedua. Pada debat empat hari lalu, dia juga gagal meyakinkan publik Prancis. Pengamat menilai ketidaksukaan rakyat pada sosok Sarkozy malah meningkat menjelang pemilihan umum. Warga Prancis tidak suka pada cara dia menangani ekonomi negara Anggur itu selama krisis melanda Eropa. Dia juga dinilai terlalu sering menjual isu nasionalisme. Setelah insiden teror pemuda keturunan Aljazair di Kota Toulouse, Sarkozy kerap menyuarakan pembatasan imigran dan kebijakan makin keras kepada minoritas muslim dan Afrika.
Dalam tiga dasawarsa terakhir, calon petahana jarang gagal dalam pemilihan umum Prancis. Terakhir kali hal itu terjadi pada 1981 ketika Valery Giscard d'Estaing dikalahkan Francois Mitterand. Hollande menawarkan kenaikan pajak bagi pengusaha dan warga berpenghasilan lebih dari satu juta euro per tahun. Pemimpin Partai Sosialis ini juga menjanjikan peningkatan upah minimum di Prancis, merekrut 60 ribu guru, dan menurunkan batas umur pensiun dari 62 menjadi 60 tahun bagi pekerja di sektor tertentu. Dua hari sebelum pemilu putaran pertama di Prancis, Presiden Francois Hollande mengadakan kunjungan ke kapal induk Prancis, Charles de Gaulle di Pantai Suriah.
Di mana Partai Sosialis pimpinan Hollande akan bersaing ketat dengan partai konservatif dan partai-partai sayap kanan di sana. Popularitas Hollande melejit ke level tertinggi dibanding tiga tahun terakhir. Jajak pendapat di Prancis yang dirilis pada hari Selasa, 1 Desember 2015 menunjukkan peningkatan popularitas itu diperoleh Hollande atas respon cepatnya dalam menangani tragedi Jumat berdarah di Paris beberapa waktu lalu. Ditambah dengan pertempuran balasan ke Suriah akhir-akhir ini. Prancis adalah negara pertama yang bergabung dengan pasukan koalisi serangan udara pimpinan AS di Irak.