Pertarungan untuk merebutkan posisi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kediri untuk periode 2015-2020 hanya terdapat dua pasangan saja. Ari Purnomo Adi dan Arifin Tafsir menjadi pasangan pertama yang mendaftar ke kantor KPUD Kediri pada hari Senin lalu, sementara itu pasangan kedua yaitu Haryanti Sutrisno dan Maskyuri datang di hari Selasa dengan jumlah rombongan cukup banyak.
Meskipun hanya memiliki dua calon pemimpin kabupaten Kediri namun sepertinya persaingan antara keduanya terbilang ketat. Pasalnya baik pasangan Haryanti-Maskyuri maupun Ari-Tafsir sama-sama di dukung oleh partai kuat.
Untuk Haryanti-Masykuri di dukung oleh 6 partai politik yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB, Partai Bulan Bintang (PBB), PPP, Partai Demokrat, Partai Golkar, dan Partai PDI Perjuangan. Sementara itu untuk calon bupati dan wakil bupati Ari-Tafsir hanya di dukung dua partai saja yakni partai Gerindra dan partai amanat Nasional (PAN).
Semua berkas persyaratan keduanya sudah diserahkan ke KPUD Kabupaten Kediri sejak mendaftar beberapa hari yang lalu, untuk tahap akhir kedua pasangan ini akan melakukan tes kesehatan di Rs Saiful Anwar, Malang selama tiga hari yaitu mulai tanggal 29 hingga 31 Juli 2015.
Perlu anda ketahui pasangan Haryanti-Maskyuri merupakan bupati dan wakil bupati Kediri yang saat ini masih aktif. Haryanti merupakan istri dari Sutrisno yang juga pernah menjabat sebagai Bupati Kediri pada periode sebelumnya. Peluang Haryanti untuk kembali menang pada pertarungan kali ini memang cukup besar mengingat banyaknya dukungan yang datang.
Sementara itu pasangan Ari-Tafsir merasa optimis bisa melengserkan kekuasaan Haryanti sekaligus memberikan perubahan baru yang lebih baik lagi bagi daerah Kabupaten Kediri karena menurutnya kepemimpinan Haryanti selama ini di anggap otoriter, Ari-Tafsir akan melakukan kampanye dengan memanfaatkan sosial media dan target utamanya adalah usia produktif.
Pasangan Ari Purnomo Adi-Arifin Tafsir yang menjadi lawan Haryanti-Masykuri, menurut Khoirul, tak serius mencalonkan diri. Bahkan Ari Purnomo yang diusung Gerindra disebut tak pernah mendaftarkan diri lewat partai tersebut. Adapun kandidat lain yang serius mendaftar justru dijegal. “Ari Purnomo Adi dan Arifin Tafsir hanyalah calon boneka untuk memuluskan kemenangan dinasti bupati,” ucap Khoirul.
Kecaman serupa disampaikan Subani, salah satu bakal calon independen yang digugurkan oleh KPU. Pria yang bekerja sebagai pensiunan guru itu hanya mampu mengumpulkan dukungan 57 ribu suara dari 97 ribu suara yang ditentukan KPU. Demikian pula dengan pencalonan bekas Ketua Umum Persebaya Whisnu Wardana yang terganjal syarat administrasi. “KPU sengaja menjegal semua calon yang menginginkan perubahan di Kediri,” teriak Subani.
Untuk mencegah terjadinya pembodohan politik dan langgengnya kekuasaan dinasti politik Bupati Haryanti, massa mendesak penundaan pilkada hingga menghasilkan calon-calon yang kredibel. Mereka juga menuding Panitia Pengawas Pemilu Kediri bersikap tak netral.
Aksi unjuk rasa tersebut akhirnya bubar setelah keinginan mereka bertemu dengan komisioner KPU tak terwujud. Sebab tak satu pun komisioner yang menampakkan batang hidung menemui pengunjuk rasa. “Bapak-bapak KPU sedang tak ada di tempat,” kata seorang pegawai sekretariat KPU.